Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat terkenal dan
populer sebagai Rempah-rempah Dan juga bahan Obat-obatan. Rimpang tersebut
berbentuk jerami yang menggembung di Ruas-ruas tengah, Dan rasa dominan pedas
di sebabkan senyawa keton yang bernama Zingeron. Jahe tersebut juga termasuk
suku Zingiberaceae (Temu-temuan). Dan nama ilmiah jahe di berikan oleh (William
Roxburgh) dari kata yunani (zingiberi) Dan dari bahasa Sanskerta (Singaberi).
Rempah-rempah yang salah satunya dari komoditas jahe
merah maupun sejenisnya dapat meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi
wabah pandemi virus corona (Covid-19) yang saat ini telah mewabah di Indonesia.
Komoditas jahe ini bisa menjadi bahan dasar minuman alami yang dapat dikonsumsi
sehari-hari oleh warga, untuk mempertahankan daya tahan tubuh supaya tetap
stabil.
Karena tinggi
nya manfaat jahe ini dan dengan adanya fenomena perdagangan dan peningkatan
permintaan mendukung kebutuhan industri, ekspor, dan apalagi dengan adanya
saintifikasi jamu, maka pengembangan jahe dewasa ini sudah menjadi prioritas,
salah satunya dilakukan melalui penanaman di bawah tegakan tanaman yang biasa di sebut dengan pola wanafarma, pola Wanafarma adalah Suatu bentuk
pola tanam yang memadukan antara tanaman hutan (wana) dan tanaman obat (farma),
sehingga dengan menyisipkan tanaman obat-obatan diantara tanaman kayu-kayuan,
lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
Selama ini dan pada umumnya lahan di bawah tegakan
tidak termanfaatkan secara optimal dan bahkan bisa menjadi sarang OPT bagi
tanaman itu sendiri ataupun hama lainnya, karena tidak terurus dan lembab.
Pemilihan tanaman jahe untuk pengembangan tanaman terpadu ini karena tanaman
jahe beradaptasi baik untuk hidup di bawah tegakan atau berada di bawah
naungan.
Pemanfataan lahan dibawah tegakan dengan
tanaman obat-obatan ini merupakan salah satu alternatif bagi petani yang
memiliki lahan sempit, sehingga hasil dari lahan tersebut dapat
meningkatkan produksi serta pendapatan dan kesejahteraan petani.
Upaya pemanfaatan lahan dibawah tegakan dengan tanaman obat-obatan perlu
memperhatikan beberapa aspek yaitu :
- Kesesuaian antara tanaman pokok dan tanaman bawah
- Tidak ada persaingan cahaya,
- Air hara dan CO2
- Tanaman tidak memiliki hama dan penyakit yang sama.
- Minat petani terhadap jenis tanaman yang dipilih
- Peluang pasar
- Kecocokan jenis tanaman dengan lokasi
Yang
paling menentukan keberhasilan dalam pola wanafarma yakni pengaturan jarak
tanam. Jarak tanam perlu diatur dan disesuaikan dengan lebar dan kerapan tajuk,
agar intesitas cahaya matahari yang masuk dapat terpenuhi, baik untuk tanaman
pokok maupun tanaman di bawahnya. Bila jarak tanam terlalu rapat, maka akan
menghambat pertumbuhan tanaman sehingga hasilnya kurang optimal. Secara umum
jarak tanam untuk kayu-kayuan adalah 3 x 1 meter dan MPTS 5 x 5
meter, dengan demikian ruang diantara tanaman pokok dapat ditanami tanaman
bawah (farm).
Pola penanaman pada lahan yang telatif
datar, menggunakan arah larikan Timur - Barat, hal ini dimaksudkan agar cahaya
matahari bisa masuk sepanjang harinya baik yang dibutuhkan oleh tanaman pokok
maupun tanaman bawah. Sedangkan pada lahan yang berbukit atau begunung, arah
larikan mengikuti kontur (nyabuk gunung).
Selain itu, yang tak kalah penting untuk
diperhatikan adalah tinggi tanaman bawah tak boleh melebihi tinggi tanaman
pokok. Hal ini bertujuan agar tidak menghambat pertumbuhan dari tanaman pokok.
Penanaman tanaman bawah sebaiknya dilakukan setelah tanaman pokok berumur
1 tahun dengan maksud agar tanaman pokok lebih tinggi dari pada tanaman bawah.
Kecukupan unsur hara dalam tanah juga
memiliki peranan penting, sehingga intensitas pemupukan harus dijaga tetap
rutin agar kebutuhan nutrisi tetap terjamin. Pemupukan tanaman pokok sendiri
hendaknya dilakukan sejak lubang tanam dibuat. Sedangkan pemupukan lanjutan
bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan, bahkan dengan pola wana farma,
pemeliharaan tanaman pokok berupa penyiangan, pendangiran dan pemupukan dapat
dikurangi atau bahkan tidak dilakukan, karena dengan adanya tanaman bawah
kegiatan pemeliharaan pada tanaman okok tersebut secara bersamaan akan
terpelihara seiring pemeliharaan tanaman bawah.
Selain faktor pemupukan, perlu dilakukan
pemeliharaan pada tanaman pokok diantaranya prunning (yakni pemangkasan
cabang). Prunning harus dilakukan secara rutin agar tidak terjadi percabangan
pada batang tanaman pokok.
Untuk mencapai hasil yang optimal didalam budidaya jahe putih besar, jahe putih kecil maupun jahe merah, selain menggunakan varietas unggul yang jelas asal usulnya perlu diperhatikan juga cara budidayanya.
a. Persiapan lahan
Sebelum tanam dilakukan pengolahan
tanah. Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam
30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk.
Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati
disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu
terlalu dalam sehingga tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah
bawah, hal ini dapat mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah
tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang
miring), sistim guludan atau dengan sistim pris (parit). Pada bedengan atau
guludan kemudian dibuat lubang tanam.
b. Jarak tanam
Benih jahe ditanam sedalam 5 - 7 cm
dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat
pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang
dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe
merah 60 cm x 40 cm.
c. Pemupukan
Pupuk kandang domba atau sapi yang
sudah masak sebanyak 20 ton/ha, diberikan 2 - 4 minggu sebelum tanam. Pada umur
4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke dua sebanyak 20
ton/ha.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
1. Penyiangan gulma
Sampai tanaman berumur 6 - 7 bulan
banyak tumbuh gulma, sehingga penyiangan perlu dilakukan secara intensif secara
bersih. Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati agar
tidak merusak perakaran yang dapat menyebabkan masuknya benih penyakit. Untuk
mengurangi intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa tebal dari jerami atau
sekam.
2. Penyulaman
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh
dilakukan pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan
yang sudah diseleksi dan disemaikan.
3.
Pembumbunan
Pembumbunan mulai dilakukan pada
saat telah terbentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup
tanah. Selain itu, dengan dilakukan pembumbunan, drainase akan selalu
terpelihara.
Pengendalian hama penyakit dilakukan
sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang
disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai
saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan
tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan
lahan sehat, penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik),
menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran
irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui
petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin. Tanaman yang
terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari meluasnya
serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla
coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera,
Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai
dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak
daun yang disebabkan oleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit
ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan)
akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah
perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat
ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi
secara rutin.
Budidaya
tanaman jahe dengan pola wanafarma di harapkan dapat
memberikan pendapatan langsung, dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan,
menciptakan iklim mikro, memperbaiki struktur tanah, dan mengendalikan erosi
serta dapat menciptakan kesempatan kerja sehingga pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat bisa lebih baik.